Minggu, 10 Juni 2012

Anjar Si Gadis Wisma


karya : johan eko p. 
      Entah apa yang kupikirkan saat ini. Terdekap dalam kesunyuian. Terlelap dalam takdis tuhan. Yang ku alami saat ini hanyalah sebuah kenyataan yang tak bisa kutolak. Sebuah takdir yang menurut orang sangat berat. Tetapi buatku takdir ini sudah menjadi sebuah kebiasaan. Terkadang banyak orang yang menyindiriku,mencibiriku dan melecehkanku. Memang aku adalah gadis penuh dosa. Namaku Anjarwati Setyaningsih, biasa dipanggil anjar. Aku adalah gadis kupu-kupu malam. Gadis yang menurut orang sangat kotor dan ternoda. Apalah arti kata-kata tersebut, bagiku kata-kata tersebut hanyalah angin yang lewat sekejab. Tujuanku saat ini bukanlah tujuanku sebenarnya. Keadaan ekomilah yang membuatku seperti ini. Aku bagaikan tulang punggung keluarga, yang tak habis-habisnya mengeluarkan uang demi sesuap nasi. Ayahku bernama Jodi, beliau hanyalah seorang pengangguran. Kluntang-kluntung sana sini tanpa alasan. Beliau hanyalah seorang pemabuk dan selalu ganti-ganti pasangan, mungkin sudah 10 wanita yang dibawa pulang. Ibuku bernama Eni Larasati, beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga tak berpenghasilan. 
Kisah ini dimulai pada waktu aku kelas 9 smp. Aku yang saat itu hanya gadis udik yang tak tahu apa-apa diajak ayahku ke sebuah tempat yang penuh dengan kerlap-kerlip dunia. Berpuluh-puluh lelaki berbaris entah menunggu apa. Aku tak tahu tempat ini, apakah tempat antri sembako atau tempat untuk belajar. Tetapi tempat ini penuh dengan suara disco-disco ria dan bertumpuk-tumpuk botol minuman. Aku masuk pada sebuah rumah. Di ruang tamu aku melihat banyal gadis-gadis cantik bertubuh gemulai sedang duduk di sofa berdampingan dengan lelaki bertubuh besar. Apakah tempat ini? Apakah tempat untuk berdua-dua. Aku lalu masuk pada sebuah ruang aula besar. Di ruang itu aku dipanggil oleh seorang wanita besar. Wanita itu memandangiku tajam dan berbicara "bagus juga kamu". Aku tak tahu arti kata-kata bagus. Mungkin tingkahku bagus ata penampilanku. Ayahku lalu berunding dengan wanita tersebut dan akhirnya ayah diberi amplop yang tebal. Aku tak tahu isinya, kemudian ayah memanggilku "anjar,kamu kerja sama ibu ini! Kamu turuti perintahnya. Ngerti kamu!". Aku tak menyautinya karena aku takut dengan ayah. Ayah pulang membawa amplop rahasia. Kemudian aku masuk pada kamar. Di kamar itu aku bergegas tidur. Tak lama aku tidur, aku dibangunkan dengan suara lelaki. Dan ternyata sesosok lelaki tua besar menghampiriku. Dengan mengunci rapat-rapat kamar itu, lelaki itu lalu menghapiriku dengan tatapan mata tajam. Apa yang kupikirkan saat ini. Aku dijual sama orang tuaku sendiri. Aku berusaha untuk membentak tetapi apalah kekuatan wanita, tak kebih dari laki-laki. Dan aku pasrah. Tak pernah kubayangkan selama ini, "ayah" sosok paling kucinta dan kusayang ternyata menjualku demi seamplop tebal. Aku tak percaya. Masa depanku hilang, cita-citaku hanya sampai disini. Harapan menjadi dokter pun pupus. Aku sudah ternoda oleh seorang lelaki tua. Aku tak bisa apa-apa. Tangisanku hanya sia-sia. Aku hanya menangis dalam senyuman. Yang terjadi-terjadilah. Ini memang sudah hidupku. Tak ada rasa demdamku pada orang tua. Aku tak menyesal. Menyesal di hari tua, tak ada guna. Aku hanya berdoa kepada tuhan. Tuhan penyanyang umatnya. King aku hanya tersenyum melihat berjuta keindahan dunia. Sekolah, buku dan teman-teman serta keluarga kini kulepas sia-sia. Kini ku menyongsog hidup baru, bekerja bertaruh jiwa dan nyawa. 
Tama
Komentarnya ya, buat kemajuanku :)